MEDIA DEMOKRASI, Medan - Psikolog yang juga Direktur Minauli Consulting Medan Irna Minauli mengatakan pelaku asusila melalui aplikasi secara daring kemungkinan memiliki kecenderungan ekshibisionis.
"Sehingga mereka tidak lagi memiliki rasa malu mempertontonkan bagian tubuhnya, bahkan merasa bangga bisa memamerkan tubuhnya di hadapan orang lain," ujar Irna di Medan, Sabtu (19/04/2025).
Menurut dia, kasus asusila yang melibatkan remaja dan kemudian direkam atau ditampilkan secara langsung di aplikasi melalui daring tentu saja sangat memprihatinkan.
Sebab, kata dia, kehidupan seksual yang sebelumnya dinilai sebagai sesuatu yang sangat sakral dan merupakan wilayah pribadi, kemudian beralih menjadi wilayah publik yang bisa menghasilkan uang.
Jika awalnya tindakan asusila ini berasal dari luar, kata Irma, namun kini pemain lokal pun mulai banyak bermunculan. Mereka seolah terinspirasi dari tontonan yang mereka saksikan.
"Didorong dengan keinginan mendapatkan uang secara mudah dan menyenangkan, ditambah dengan kemungkinan adanya kecenderungan ekshibisionisme sehingga mereka tidak lagi memiliki rasa malu," kata dia.
Irna mengatakan kondisi ini tidak terlepas dari banyaknya permintaan pasar video asusila. Banyak yang tidak menyadari bahaya pornografi terhadap kesehatan mentalnya dalam jangka panjang.
"Berdasarkan pengalaman praktik psikologi yang saya jalankan, banyak klien dengan kecanduan pornografi yang kemudian bermasalah dalam perkawinan," katanya.
Sebab, kata Irma, mereka tidak mampu memuaskan pasangannya. Mereka lebih menikmati melakukan masturbasi dibandingkan dengan hubungan badan dengan pasangannya.
Selain itu, mereka umumnya memiliki citra tubuh yang salah, baik terhadap dirinya sendiri maupun pasangannya.
"Terhadap dirinya, mereka mungkin merasa minder karena mereka membandingkan dirinya dengan para pemain video porno tersebut," ujarnya.
Demikian pula terhadap pasangannya, kata Irma, mereka cenderung berharap bahwa pasangannya memiliki bentuk tubuh yang ideal seperti yang ia lihat dalam tontonannya.
"Tidak mengherankan jika sebenarnya agama telah melarang umatnya untuk menonton aurat orang lain. Hal yang saat ini seolah menjadi sesuatu yang dinormalkan, padahal dampaknya sangat buruk terhadap kesehatan mental seseorang," ucapnya.
Sumber : ANTARA
Jalan G Obos IX No. 26 Kota Palangka Raya
081351921771
mediademokrasi@gmail.com
Copyright © 2020 Media Demokrasi All rights reserved. | Redaksi | Pedoman Media Cyber | Disclimer